Ekspor Rumput Laut Batam Meningkat Signifikan

Diskan Batam – Rumput laut menjadi primadona baru produk ekspor hasil perikanan dari Batam. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Batam mencatat nilai ekspor rumput laut kering Batam ke berbagai negara mencapai Rp24,58 miliar pada 2021. Angka ini meningkat 500 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp4,09 miliar.

“Ini peningkatan yang luar biasa. Peningkatan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Batam mulai tertarik dan menjadikan rumput laut sebagai mata pencaharian alternatif. Jika semula dianggap sampah yang mengotori tepi pantai, kini masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari rumput laut jenis Sargassum ini. Bahkan menghasilkan devisa negara setelah bisa diekspor. Saat ini rumput laut menjadi primadona masyarakat pulau-pulau di Kota Batam,” kata Kepala SKIPM Batam, M Darwin Syah Putra melalui siaran pers yang diterima pada Jumat (28/1/2022).

Darwin mengatakan kenaikan nilai ekspor rumput laut Batam yang relatif tinggi tersebut disebabkan karena bertambahnya permintaan negara tujuan ekspor. Peningkatan ini seiring relatif membaiknya kondisi perekonomian global, meskipun masih dalam situasi pandemi COVID-19.

Adapun tujuan ekspor rumput laut kering Batam pada 2021, yakni ke China tercatat 105 kali dengan volume 6.763,47 Ton senilai Rp23,95 miliar. Kemudian ke Jepang 5 kali dengan volume 95,36 Ton senilai Rp286,08 juta. Selanjutnya ke Vietnam 2 kali dengan volume 32 Ton senilai Rp342 juta, dan ke Singapura 1 kali dengan volume 990 Kg senilai Rp 279 juta.

Sementara pada 2020, ekspor rumput laut Batam hanya ke tiga negara. Yakni China sebanyak 17 kali dengan volume 920,9 Ton senilai Rp2,50 miliar; Vietnam sebanyak 5 kali dengan volume 129 Ton senilai Rp1,28 miliar; dan Jepang sebanyak 5 kali dengan volume 100 Ton senilai Rp300 juta.

“Potensi rumput laut Batam sangat besar, mudah-mudahan ekspornya pada tahun ini bisa lebih tinggi lagi dari tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

Untuk saat ini tercatat lima pelaku usaha pengekspor rumput laut, dan semua dominan rumput laut yang diambil oleh masyarakat nelayan dengan cara dicabut dari alam seperti jenis Sargassum dan Spinosum. Sedangkan untuk jenis Cottoni yang dibudidayakan masih sedikit.

Wilayah Kepri yang hampir 97% merupakan lautan dengan kualitas air yang baik, sangat potensial untuk budidaya rumput laut. Jika budidaya rumput laut ini lebih ditingkatkan lagi, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir serta perekonomian daerah Batam dan Kepri.

Terlebih untuk saat ini, industri pengolahan rumput laut di Indonesia baru 40 persen terpakai kapasitas pabrik pengolahannya karena kekurangan bahan baku. SKIPM, kata Darwin, akan terus memberikan pendampingan kepada pelaku usaha komoditas perikanan, khususnya yang berpotensi ekspor agar mereka tetap komitmen menjaga mutu dan kualitas produk yang dikirim ke luar negeri.

“Makanya dilakukan surveilan dan pengambilan sampel terjadwal pada unit pengolahan rumput laut, untuk memastikan mutunya, kemudian diterbitkan sertifikat ekspornya,” ucap Darwin.